Patrap (Makna Dzikrullah) part3



HADIST-HADITS RASULULLAH

1. Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulallah Saw. Bersabda : barang siapa yang duduk pada suatu tempat duduk yang dia tidak  dzikir (ingat) kepada Allah, dan  atau ditempat  itu,  maka  ada  atasnya  kebencian  dari  Allah  ta'ala.  Dan  barang  siapa bertiduran pada tempat tidur yang ia tidak dzikir kepada Allah ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah, artinya merupakan kekurangan  tabiat jelek dan kerugian. (dikeluarkan oleh Abu Dawud)

2. Banyaklah olehmu  menyebut  Allah disegenap keadaan karena  tak ada sesuatu amal yang lebih disukai Allah dan tak ada yang sangat melepaskan hamba dari suatu bencana di dunia dan akhirat dari pada menyebut Allah (HR: At Tabrany )

3. Berfirman Allah Swt. Aku menurut persangkaan  hamba-Ku kepada-Ku dan  aku besertanya dimana ia mengingat akan Aku (HR Bukhari-Muslim)

4. Tidaklah duduk sesuatu kaum disuatu majelis lantas mereka  menyebut  nama Allah di majelis itu melainkan mengelilingi mereka dan rahmat menutupi mereka dan Allah menyebut mereka dihadapan orang-orang yang disisi-Nya ( HR Ibn Syaiban. Tahfudz Dzikirin:12)


5. Tiada berkumpul suatu kaum didalam suatu rumah Allah (masjid) untuk menyebut Allah hendak memperoleh keridhoan-Nya melainkan Allah memberikan ampunan kepada  mereka  itu.   Dan  menggantikan  keburukan-keburukan  mereka   dengan berbagai kebaikan (HR Ahmad At Targhieb 3:63 )

6. Barang siapa tiada banyak menyebut Allalh, maka sesungguhnya terlepas dia dari imannya ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath )

7. Bahwasanya Allah berfirman: hai anak Adam, apabila engkau telah menyebut akan Aku,  berarti engkau  telah mensyukuri akan  Aku. Dan apabila engkau  telah melupakan akan Aku, berarti engkau telah mengingkari nikmat dan ihsan-Ku ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath )

8. Perumpamaan orang yang menyebut tuhannya dengan orang orang yang  tidak menyebut  tuhannya, adalah umpama orang yang masih hidup dibanding dengan orang mati. ( HR. Bukhary ..At TarghiebWat Tarhieb 3:59)

9. Berkata Abu Hurairah Ra. Bersabda  Nabi Muhammad Saw. Telah mendahului
"mufarridun  ".  Mereka  (para  sahabat)  berkata:  Apakah  Mufarridun  itu?  Beliau menjawab: orang-orang lelaki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah
(dikeluarkan oleh Imam Muslim)

10. Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr bahwa sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata  :  Sesungguhnya  syari'at  iman  itu  sungguh  amat  banyak  bagiku,  maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku menetapinya. Beliau bersabda : senatiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah Ta'ala.

Sudah terlalu  banyak yang  kita mengerti  dari perintah-perintah Allah didalam Al Quran dan Al Hadist. Namun apakah akan tetap menjadikan dalil tinggallah dalil, dan kita tetap saja tidak mau berbuat banyak dalam melaksanakan peribadatan kepada Allah. Sampai kapan  kita hanya mengumpulkan data-data keislaman yang  tidak terhitung banyaknya. Apakah sebenarnya tujuan kita
beragama !? Bukankah kita akan kembali kepada-Nya dengan tidak membawa apa- apa (Pasrah) !?






Terlalu panjang ...  kalau kita membicarakan persoalan yang  tiada  habis-habisnya. Apalagi mempersoalkan hal furuiyyah syariat Islam itu tidak sekedar soal hukum- hukum positif saja, tetapi banyak nilai spiritual yang belum digali dengan benar. Akibatnya kita ketinggalan dengan para Yogi India yang menekuni realitas kejiwaan yang bersifat universal, sehingga para penganutnya bukan saja dari kalangan hindu, akan tetapi sebagian orang Islam dan bangsa Eropa  yang beragama Kristen telah menekuninya tanpa harus menjadi Hindu. Dan membawa manfaat baik lahir maupun mental spiritualnya. Mengapa nilai spiritual Islam tidak mampu menembus wilayah bangsa-bangsa  lain  yang  bermanfaat   bagi  kedamaian  manusia,  yang  diakui menyatakan Rahmatan lil'alamin !? Mengapa kita memandang mereka dengan rasa kebencian  dan  bermusuhan.?  Padahal  tidak  semua  orang  kafir  harus  diperangi
(harbi).

Mengapa kita tidak melakukan saja pekerjaan yang bermanfaat untuk kesejahteraan ummat manusia dan alam? Mengapa kita tidak menjadikan manusia itu cerdas dan bermental spiritual yang damai? Lihatlah bangsa Jepang, negara yang amat kecil dan disegani  lawannya, dikagumi semua Ummat, padahal dia tidak memiliki  pasukan penggempur musuh. Kita Ummat yang mengaku
khairun Ummat (Ummat yang terbaik), ternyata dilecehkan dan dihinakan, dijajah, dan tidak dipandang sebagai ummat yang cerdas, bahkan hampir disamakan dengan bangsa primitif, karena menonjolkan sifat  kekasaran,  dan kekuatan ototnya. Kita mudah marah dan tersinggung, jika dikatakan ummat islam  itu terbelakang, yang identik dengan kemiskinan dan kebrutalan.

Kenyataannya  kita  sering  dihambat  oleh  ummat  sendiri.  Al  islam  mahjubun  bil Muslim, kreatifitas dan inovasi pemikiran  dan kajian ummat,  terkadang diserang habis  habisan  tanpa  ikut  meneliti  terlebih  dahulu  kebenarannya  dengan  alasan bid'ah.

Orang yang menekuni bidang pendidikan, filsafat, dan ilmu-ilmu sain dianggap tidak memperjuangkan ummat, padahal mereka  adalah orang yang mengisi khasanah keilmuan yang digali dalam literatur Islam yang penuh dengan persoalan-persoalan manusia, alam dan fenomenanya.

Saya mengajak segenap ummat Islam agar kembali kepada jalan suci yang dirintis para  pendahulu  kita,  yang  lebih  banyak  berbuat  ketimbang  berbicara.  Islam berkembang bukan dengan kekerasan, akan tetapi  melalui kebudayaan, melalui sains yang digali  oleh para Ulama yang mengungkapkan keagungan dan keunikan alam semesta. Ulama-ulama yang sangat intens terhadap ilmu fisika,
matematika,  dan  kedokteran  seperti,  Ibnu  Sina,  Al  Jabber,  Ibnu  Rusydi  dll, mempunyai andil mengangkat derajat dan  kebesaran Islam pada  abad ke tujuh sampai akhir abad kedua belas, ... hingga akhirnya terpuruk pada saat ini. Menurut pandangan saya, Jepang , Singapura, Perancis adalah potret negara Islami  yang sebenarnya, sebab disanalah  dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum, kebersihan, wajib belajar, memperhati-kan hak asasi manusia, binatang, dan lingkungan. Hanya satu yang belumyaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya

Demikian   harapan  dan  sentuhan  rasa   yang  dalam  akan  keinginan  khasanah keislaman  dijalankan  melalui  gerakan  jiwa  yang  dalam  dan  bersih.  Dan  hanya dengan berbuat melalui kesadaran spiritual yang tinggi keinginan itu akan tercapai. Sebab kesadaran adalah modal tertinggi  untuk mencapai sesuatu. Bukan dengan emosi dan cemburu  terhadap karya orang  lain lalu kemudian memusuhinya  tanpa jelas  perkaranya.  Hanya  dengan  berdzikir  kepada  Allah  hati  menjadi  tenang  … sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan berperilaku akhlaq yang mulia.
  
Memasuki Kesadaran Diri (Aku)

Kali  ini  saya  akan  mengajak  pembaca  sekalian  menyelami  kesadaran  diri  yang sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh  yang biasa menyebut dirinya "Aku". Dan saya tidak akan lagi bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat, kita tidak lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan shalat yang sebenarnya. Diskusi kita sudah selesai dalam hal hukum-hukum berdzikir.

Manusia merupakan  makhluq yang sempurna sehingga diangkat sebagai  wakil Tuhan di  muka bumi ini. Biarpun  sebagian besar orang tidak  mengerti banyak tentang  sifat  sebenarnya  dari   diri  sendiri.  Dalam  susunan  fisik,  mental  dan kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi maupun terendah. Didalam tulang-tulang terdapat kehidupan bersifat mineral, badan dan darahnya benar-benar
mengandung bahan mineral. Kehidupan fisik badan manusia mirip dengan kehidupan tanaman. Banyak keinginan /nafsu fisik serta emosi mirip dengan yang dimiliki oleh binatang. kemudian manusia mempunyai seperangkat  sifat mental yang menjadi miliknya, dan tidak dimiliki oleh binatang yang bersifat rendah. Selain itu masih ada sifat lebih tinggi yang dimiliki oleh sebagian orang yang
lebih maju kerohaniannya, meskipun masih terdapat daya kemauan yaitu daya sang
"Aku", yang merupakan daya yang diterima (ditiupkan) dari Yang Maha Mutlak. Benda-benda fisik dan mental tersebut adalah milik manusia, dan bukannya manusia itu sendiri. Sebelum  manusia ("Aku") dapat menguasai atau mengalahkan, dan mengarahkan benda yang menjadi miliknya yaitu alat dan instrumennya terlebih dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia harus dapat membedakan mana yang  merupakan  Aku  dan  mana  yang  merupakan  alat  atau  milik  Aku,  dapat membedakan mana yang Aku dan mana yang bukan Aku. Inilah tahapan pertama yang harus disadari.

Katakan bahwa Ruh itu adalah dari amar-amar-Ku Aku adalah ruh yang ditiupkan kedalam tubuh  yang terbuat dengan komposisi kosmos yang sempurna setelah diberi bentuk. (QS 15:28-29) sang aku bersifat abadi - tidak bisa mati -tidak bisa rusak. Ia memiliki kekuasaan, kebijaksanaan dan kenyataan. Tetapi seperti halnya seorang bayi yang kemudian menjadi dewasa, batin manusia tidak menyadari sifat potensial  yang  tertidur  dalam  dirinya,  dan  tidak  mengenal  dirinya  sendiri  yang sebenarnya. Bila diri  sendiri yang sebenarnya sudah bangun, ia mengenal mana yang disebut Aku dan mana yang bukan Aku sebagai dirinya sendiri atau Aku. Aku inilah yang akan kembali kehadirat asalnya yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun. Sesungguhnya Aku adalah berasal dari Allah dan kepada-Nya-lah Aku kembali.

Orang primitif dan orang beradab jarang menyadari "Aku" nya, rasa keakuan mereka hanya  merupakan   kesadaran  mengenai   nafsu  badani  pemenuhan  keinginan, pemuasan  kesenangan, memperoleh kenyamanan bagi  dirinya. Bagian bawah dari batin naluri merupakan tempat rasa keakuan orang-orang primitif. Bila seorang primitif mengatakan "Aku", maka yang dimaksud adalah badannya. Badan
ini mempunyai perasaan, keinginan dan nafsu. Tetapi pikiran semacam itu terdapat pula  pada  banyak  orang  yang  mengaku  beradab.  Mereka  menggunakan  daya pikirnya guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka sebenarnya hidup dalam tingkat batin naluri. Tentu, setelah orang menjadi lebih beradab maka perasaannya menjadi  lebih halus, sedangkan orang primitif mempunyai perasaan kasar. Yang perlu dicatat adalah, pikiran orang beradabpun masih diperbudak oleh keinginan dan nafsu badannya.

Setelah  manusia  semakin  tinggi  tingkatannya,  mulailah  ia  mempunyai  konsep tentang Aku nya yang lebih tinggi. Ia mulai menggunakan pikirannya dan akalnya, maka  ia  pindah  dari  tingkat  batin  naluri  ke  tingkat  batin  mental  -  ia  mulai menggunakan kecerdasannya, ia mulai merasakan bahwa batinnya adalah  lebih nyata bagi dirinya dari pada badannya, bahkan kadang ia melupakan badannya
bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius.

Setelah kesadaran orang meningkat - yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat kerohanian - ia menyadari bahwa "Aku" yang sebenarnya adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan  badan fisiknya,  bahwa semuanya ini dapat digunakan sebagai alat  atau instrumennya.  Pengetahuan ini bukan merupakan pengertian saja, tetapi merupakan kesadaran yang khas, artinya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (sebagai bashirah).

Dalam kajian kali ini, kami coba menunjukkan kepada anda cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang  fitrah. Ini merupakan amalan pertama yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Seperti tujuan melakukan amalan puasa dibulan ramadhan adalah mencapai fitrah (idul fitri,
kembali kepada fitrah yang mempunyai sifat suci seperti bayi yaitu diri yang sejati atau "Aku").

Kesadaran `Aku" ini merupakan langkah pertama pada jalan menuju keadaan yang disebut  sebagai  `penerang",  merupakan  realisasi  hubungan  dengan  Yang  Maha Agung.

Latihan  ini  harus  dipraktekkan,  bukan  sekarang  saja  tetapi  diberbagai  tahapan perjalanan sampai anda memperoleh penerangan jiwa.
  
Memasuki Keadaan Dzikir (Patrap Pertama)
 Bila mungkin, carilah tempat atau ruangan, yang terbebas dari gangguan, agar batin anda   merasa   aman   dan   tenang.   Duduklah   yang   enak   agar   anda   dapat mengendorkan   otot-otot   dan   membebaskan   ketegangan    syaraf.   Lepaskan ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga. Atau lakukanlah dengan posisi berdiri, hal ini dilakukan untuk menghindari mudah terlena dan tertidur

Kondisi tersebut sangat baik bagi tahap  permulaan praktek latihan, tetapi setelah pengalaman hendaknya mampu melakukan pengendoran badan dan menenangkan pikiran dimana pun dan kapanpun anda memerlukannya. Ingat bahwa keadaan dzikir harus  berada  di  bawah  penguasaan  kemauan  yang  keras.  Didalam  melakukan praktek dzikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri. Sadari bahwa Aku adalah hakiki nya manusia yang tidak pernah tidur - tidak mati - abadi, ...selalu sadar tidak pernah mengalami sedih dan takut Aku sang roh suci
(fitrah) yang mampu menembus alam mimpi, alam malakut dan alam uluhiyah… Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk mental. Kalau anda memejamkan mata anda akan merasakan dan bisa membedakan mana Aku yang sebenarnya disitu ada aku yang memperhatikan sensasi badan, seperti misalnya : lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda akan merasakan ternyata bukan aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan tetapi itu adalah sensasi peralatan atau instrumen yang dimiliki oleh sang Aku. Anda sebenarnya  diluar  atau  diatas  semua  alat-alat  tadi!!  Maka  dari  itu  anda  harus melepaskan diri anda dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh peralatan anda sendiri. Sadari Aku adalah yang menguasai perasaan dan pikiran, jadilah tuan atas diri anda  keluarlah  anda seperti  anda melepaskan baju, lalu tinggalkan  &  jangan  anda  memikirkan  semuanya  itu.  Karena  peralatan  anda mempunyai batin naluri yang akan bergerak  menurut fungsinya. Perhatikan saat anda  tidur    Aku  anda  meninggalkan  tubuh  anda  tanpa  harus  memikirkan bagaimana nantinya badanku, kenyataanya instrument tubuh bekerja menurut yang dikehendaki oleh nalurinya sendiri.

Sadarkan  sang  Aku.  Hubungkan  dengan  dzat  yang  Maha  Mutlak  ...hadirlah dihadapan-Nya  sebagaimana  kesaksian   Aku  dialam  `Azali...Panggillah  penuh santun ya Allah ya Allah tundukkan jiwa anda dengan hormat dan datanglah kehadirat-Nya dengan terus memanggil ya Allah …ya Allah timbulkan rasa cinta yang dalam …hadirlah terus dalam dzikir biarkan sensasi pikiran dan perasaan melayang-layang …Sadarkan dan kembalikan bahwa Aku bukan itu semua Aku adalah  yang  menyaksikan  semuanya   bersaksilah  dengan  mengucapkan  dua kalimat syahadat sampaikan do'a salawat untuk Rasulullah .dan keluarganya. Teruskan Aku melayang menembus semua  alam-alam yang menghalangi, biarkan Aku berjalan menuju Yang Maha tak Terhingga
jangan perdulikan kebisingan diluar diri kita .. teruskan jangan berhenti sampai ada sambutan … hingga dzikir anda akan berubah dengan sendirinya bukan dari rekayasa pikiran menjadi  laa ilaaha illallah atau subhanallah ... Kalau  sudah mencapai keadaan seperti ini …dzikir anda ... akan  terbawa saat  anda bekerja menyetir mobil dan mengangkat takbir, saat shalat ataupun wudhu'

Suasana dzikir terus membekas dan menyebabkan hati menjadi tenang luar biasa, dzikir bukan lagi sebuah lafadz akan tetapi merupakan suasana ingat dan ihsan. Apabila keadaan dzikir anda sudah terasa menyelimuti hati pikiran dan badan anda,  frekwensi  getaran  makin  lama  makin  terasa    dan  semakin  kuat  rasa sambung kepada Allah. Hati anda semakin sensitif mudah menangis dan kadang tidak bisa ditahan saat anda membaca  Alqu'an dan shalat walaupun anda tidak mengerti artinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalo menurut mu gimana...?